(Neraka: tempat di mana Allah memusnahkan kejahatan)
Matius 23:33
oleh Pendeta Eric Chang
Matius
23:33
Pengajaran
tentang neraka adalah pokok yang sangat mengerikan
Hari ini,
kita melanjutkan studi kita mengenai ajaran Yesus. Pada pesan yang lalu
kita telah melihat mengapa dunia ini harus berakhir; mengapa setiap
orang harus mencapai titik akhir karena penghakiman adalah pengakhiran
itu.
Namun
sebelum kita tinggalkan Matius 23, kita perlu untuk menguraikan tentang
neraka.Baca selengkapnya »
Kata 'neraka' muncul sebanyak 12 kali di dalam Perjanjian Baru. Dan 11 dari ke-12 kemunculannya ditemukan di dalam pengajaran Yesus; 7 kali di dalam Matius, 3 kali di dalam Markus dan satu di dalam Lukas. Ayat-ayat di Markus dan Lukas juga parallel dengan ayat-ayat di Matius, dan catatan yang paling lengkap terdapat di Matius, yang dilengkapi oleh Lukas. Kata 'neraka' ini muncul sebanyak 7 kali di Matius. Oleh karena itu, kita tidak boleh menghindari pokok ini. Ini adalah pokok yang tidak berani dipandang ringan oleh orang-orang; ini adalah pokok yang berat; pokok yang sangat menakutkan, yakni ajaran tentang neraka.
"read more"
Mengapa Allah yang maha pengasih, mengadakan neraka?
Pertama-tama, mari kita ajukan pertanyaan berikut, mengapa harus ada
neraka? Mengapa kita harus merenungkan realitas neraka? Bukankah ide
tentang neraka ini ide yang agak barbar? Bukankah ide semacam ini
termasuk sadis? Apa itu sadisme? Sadisme adalah sikap hati yang
menikmati penderitaan orang lain, senang melihat orang lain menderita.
Dan mungkin cara sebagian hamba Tuhan berkhotbah tentang neraka membuat
orang hampir merasa bahwa para hamba Tuhan ini senang membayangkan orang
dipanggang di api neraka.
Namun
bagi kita yang tidak senang membayangkan tentang penderitaan orang yang
dipanggang di api neraka, bukankah pokok ini terdengar agak memalukan?
Sungguh memalukan jika kita di dalam gereja ternyata memiliki doktrin
tentang neraka yang harus disampaikan. Dan di zaman modern ini, bukankah
hukuman mati bagi para pembunuh, pemerkosa, bagi para pelaku kekerasan
sudah bisa ditiadakan [di negara-negara tertentu]? Tidak ada lagi
hukuman mati. Anda boleh melakukan apapun yang Anda mau. Anda boleh
membunuh ratusan orang dan tetap bebas, cukup dengan hukuman seumur
hidup, lalu diberi makan oleh para pembayar pajak, dan menonton TV di
dalam sel di penjara untuk seumur hidup Anda. Jika Anda tidak berhasil
mendapatkan pekerjaan di mana-mana, mungkin jalan keluar yang terbaik
adalah mendapatkan tempat menginap permanen di salah satu penjara milik
pemerintah dengan biaya yang ditanggung oleh para pembayar pajak. Tak
ada lagi hukuman mati.
Kita
berada di tengah 'zaman pencerahan'. Jadi, Anda boleh membunuh 100 atau
200 orang dan itu tidak menjadi masalah. Kita ini sedemikian
'dicerahkan' sehingga kita tidak mau berbicara tentang hukuman. Dan
bahkan, kadang-kadang, kita begitu peduli apakah para narapidana kita
mendapat perlakuan yang buruk. Kadang kala, makanannya kurang enak, dan
mereka bahkan boleh membuat kerusuhan serta membakar penjara itu
sehingga para pembayar pajak harus mengucurkan sekitar 10-20 juta dolar
untuk membangun lagi penjara itu. Kita adalah orang-orang yang begitu
'dicerahkan' di zaman sekarang ini, oleh karena itu, pandangan tentang
adanya neraka sangatlah sukar untuk dicerna.
Lalu
mengapa harus ada neraka? Mengapa Allah, yang katanya adalah Allah yang
maha pengasih, melembagakan hal yang disebut neraka ini?
Pilihlah: Entah ada keadilan di alam semesta ini atau tidak ada
Kita
harus menetapkan satu dari antara dua hal berikut. Ada keadilan di alam
semesta ini atau tidak ada. Anda harus memilih salah satu dari keduanya.
Jika keadilan di alam semesta ini tidak ada, maka jelaslah bahwa
penghargaan maupun hukuman tidak diperlukan. Kita tidak suka pada kata
hukuman. Namun jika kita tidak suka hukuman, berarti kita tidak suka
keadilan. Dan jika kita tidak menginginkan keadilan, maka setiap orang
boleh melakukan kejahatan sesuka hatinya. Dia boleh, seperti Hitler,
memasukkan jutaan orang ke dalam kamar gas dan membunuh mereka. Kemudian
mengumpulkan semua cincin dan barang berharga dari mayat-mayat mereka,
dan bahkan memakai tulang belulang mereka untuk pupuk dan untuk tujuan
kimia. Mengapa terkejut? Buat apa kuatir akan kejahatan yang telah
dilakukan? Bukankah tidak ada keadilan di alam semesta ini, lalu mengapa
kita harus peduli?
Anda
harus memilih apakah ada keadilan atau tidak ada.
Jika tidak ada keadilan, tentunya kita tidak memerlukan hukuman, kita
tidak perlu penghargaan, dan tentu saja kita tidak memerlukan neraka.
Kita tidak memerlukan neraka karena tidak ada keadilan. Bagaimana Anda
menerapkan keadilan tanpa adanya neraka? Bagaimana Anda menerapkan
keadilan tanpa adanya hukuman?
Atau,
mungkin Anda akan berkata, "Mari kita adakan hukuman, namun bukan yang
berat, tidak seberat neraka. Buat yang lebih ringan seperti misalnya,
tidak boleh makan selama satu atau dua hari. Itu cukup baik. Di dalam
masyarakat kita yang 'dicerahkan' ini, hal tersebut sudah memadai." Lalu
bagaimana Anda akan menjalankannya? Mungkin pada suatu hari nanti, Anda
akan merasa bahwa hukuman seperti ini juga sudah kejam. Cukup ditegur
saja orangnya. Bayangkanlah kelaparan yang ditanggungnya. Perutnya
kelaparan selama dua hari! Sungguh menngerikan! Di tengah masyarakat
kita yang 'beradab' ini, kita tidak melakukan hal-hal yang semacam itu.
Jadi, secara berangsur-angsur, Anda terus saja melunakkan urusan ini,
sampai akhirnya kita tidak ada lagi hukuman, kalau ada pun hanya
bersifat simbolis saja.
Saya
beritahu Anda, bahwa di mana tidak ada keadilan, maka akan terjadi
kekacauan. Dan di mana ada kekacauan, segenap sistem kemasyarakatan
akan ambruk. Kita harus memilih satu dari antara keduanya. Apakah neraka
itu sangat mengerikan? Benar atau tidaknya akan kita selidiki dan bahas.
Apa
yang Yesus ajarkan mengenai neraka? Apa itu neraka?
Apakah
neraka merupakan hukuman kekal di mana api yang kekal akan membakar
tanpa terpadamkan, untuk memanggang orang berdosa selama-lamanya? Itukah
keadilan?
Apakah
yang diajarkan oleh Yesus tentang neraka? Apakah neraka itu? Jika Anda
berkata, "Aku tahu apa itu neraka. Orang berdosa akan masuk ke dalam api
dan dibakar di sana selama-lamanya, bukankah begitu? Itulah neraka.
Neraka adalah tempat penghukuman yang kekal." Api yang kekal di neraka
akan membakar tanpa dapat terpadamkan. Dan Anda akan berada di sana
dipanggang dan dipanggang buat selama-lamanya. Apakah itu keadilan?
Coba
perhatikan, seseorang mungkin bisa hidup sampai 50 tahun di dunia ini,
mungkin 60 atau 70 tahun. Mungkin kita bisa sampai pada usia 80 tahun.
Sebagian orang yang cukup beruntung dan sehat bisa mencapai usia 80 atau
bahkan 90 tahun. Pada saat mereka mencapai usia tersebut, penglihatan
dan pendengaran mereka mungkin sudah sangat buruk, tetapi mereka masih
hidup, mungkin malah bisa melebihi 90 tahun dan mencapai 100 tahun.
Jika
seseorang hidup di dalam dosa selama 100 tahun, bahkan sekalipun dia
jalani setiap hari dalam hidupnya di dalam dosa, tidak usah kita
bayangkan dia melakukan dosa yang berat seperti pembunuhan atau yang
sejenisnya. Anggaplah dia tidak ke gereja, tidak mengasihi sesama
manusia, egois, pelit, tidak ramah, kasar (sebagian besar dari kita
bersikap seperti ini kadang-kadang), dan dia lakukan hal-hal semacam ini
setiap harinya selama 100 tahun, dan karena dia bukan jenis orang yang
hidup di bawah hukum Allah, maka dia masuk ke neraka. Dan dia akan
berada di neraka itu bukan untuk 1 tahun saja, juga bukan 2, 10, 100
atau bahkan 1000 tahun, tidak, juga tidak hanya 1 juta tahun! Oh, Anda
mungkin berpikir, "Dia berbuat dosa selama 100 tahun dan dia harus
berada di neraka sampai 1 juta tahun?" Tidak, Anda tidak menghabiskan 1
juta tahun di neraka karena, menurut ajaran sebagian orang, Anda akan
berada di sana sampai selama-lamanya! Dan kata selama-lamanya bukanlah 1
juta tahun, juga bukan 5 juta tahun; seberapa banyak jumlah angka nol
yang ingin Anda masukkan ke dalam hitungan ini, karena selama-lamanya
itu berarti kekal tanpa batas waktu.
Oh! Lalu
Anda sebut ini keadilan? Anda katakan ini bukan barbarisme? Inikah
ajaran tentang keadilan? Anda sebut itu keadilan? Anda berbuat dosa
selama 100 tahun, lalu Anda harus habiskan waktu di neraka sampai 1
milyar tahun, 100 milyar tahun, apakah ini keadilan? Anda mungkin
berkata, "Saya tidak bisa lagi mengartikan keadilan. Keadilan yang
semacam ini tidak bisa saya pahami." Bisakah Anda memahami kasus semacam
ini, bahwa kalau Anda berbuat dosa 100 tahun maka Anda akan menghabiskan
waktu bermilyar-milyar tahun di neraka? Apakah ini ajaran Alkitab? Kita
akan melihat apakah ini memang benar-benar ajaran Alkitab. Apakah kita
sesungguhnya mengerti apa itu keadilan?
Kasih
tanpa keadilan bukanlah kasih
Pertama-tama, kita harus menentukan, apakah Allah adalah Allah yang maha
adil? Kita harus paham bahwa kasih tanpa keadilan hanya akan menjadi
suatu 'kecemaran (apakah ada istilah lain untuk kasih yang
terkorupsi?)'? Keadilanlah yang mencegah kasih menjadi percabulan,
perzinahan, homoseksualitas, dan menjadi berbagai bentuk kasih yang
mengalami pembusukan.
Kasih
tanpa keadilan adalah kasih tanpa penopang, tanpa tulang punggung. Ia
menjadi kasih yang tidak memberi diri, melainkan yang egois, rusak,
membusuk. Selalu mengambil dari orang lain, menghisap setiap tetes
keuntungan yang bisa didapat dari orang tersebut, dan ketika sudah
habis, lalu Anda campakkan. Itukah kasih? Memang sudah selayaknyalah ada
keadilan di sini, sebagaimana adanya kebenaran di dalam kasih yang
menguatkan kasih tersebut -yang menyehatkan dan memurnikan kasih.
Pikirkanlah hal ini.
Alkitab
memberitahu kita bahwa Allah adalah Allah yang maha adil sebagaimana
halnya Dia adalah maha pengasih. Dia tidak akan membiarkan kejahatan
berlanjut melampaui takaran tertentu. Dia telah menarik garis batas dan
berkata, "Melewati garis ini, kamu tidak akan
boleh berlanjut. Dan kalau kamu melampaui garis ini, maka kamu akan
berhadapan dengan keadilan tertinggi yang harus menentang kejahatan."
Dua
rujukan mengenai neraka di Matius 23:15 dan 33
Mari kita
masuk ke ajaran Yesus. Di Matius 23, terdapat 2 rujukan terakhir
mengenai ajaran tentang neraka. Seperti yang sudah saya sampaikan, kata
'neraka' muncul 7 kali di dalam pengajaran Yesus dan di Matius 23 kita
temukan 2 rujukannya, yakni di ayat 15: "Celakalah kamu, hai
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik,
sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan
satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu
menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada
kamu sendiri."
Anda
penuh dengan semangat religius, semangat misionaris, tetapi bukan jenis
agama yang berkenan kepada Allah, dan karena
semangat itu, Anda berangkat dan mencari penganut baru dan orang-orang
yang menjadi penganut agama Anda justru menjadi orang yang dua kali
lebih layak untuk neraka daripada Anda. Anda membuat mereka menjadi
lebih jahat, bukannya lebih baik.
Rujukan
yang kedua, ayat 33, "Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular
beludak (ular berbisa)! Bagaimanakah mungkin kamu dapat
meluputkan diri dari hukuman neraka?"
Yesus
lebih banyak berbicara pada para muridnya tentang neraka
Saya
ingin membuat beberapa tafsiran faktual sebelum kita mulai melakukan
penelaahan yang cermat pada apa yang diajarkan oleh Yesus
mengenai neraka. Hal pertama yang mengejutkan saya, dan membuat saya
terperanjat, ketika saya meneliti dengan cermat semua rujukan di dalam
ajaran ini adalah fakta bahwa kebanyakan dari
rujukan itu diarahkan kepada para muridnya dan bukan kepada orang yang
tidak percaya. Dan banyak dari rujukan itu berkata, "Lebih baik bagimu
jika masuk ke dalam hidup dengan satu tangan atau satu mata daripada
masuk neraka dengan anggaota tubuh yang lengkap. Oleh karena itu, jika
matamu membuatmu berdosa, cungkillah itu. Jika tanganmu membuatmu
berdosa, potonglah."
Yesus
sedang berbicara kepada murid-muridnya mengenai neraka. Dan ketika saya
amati, dari 7 rujukan tentang neraka di Matius, 5 di antaranya ditujukan
kepada murid-murid, dan 2 sisanya, yang ada di Matius
23, tidak ditujukan kepada orang yang tidak percaya, melainkan kepada
orang-orang religius, kepada orang-orang Farisi, kumpulan orang Yahudi
yang paling religius.
Ini
adalah kejutan yang pertama, karena biasanya kita berpikir bahwa uraian
tentang neraka itu ditujukan kepada orang yang tidak percaya. Pokok ini
dipakai untuk menakut-nakuti mereka agar mau masuk ke dalam Kerjaaan
Allah. Ini adalah omong kosong. Pokok ini disampaikan bukan untuk
menakut-nakuti orang yang tidak percaya. Pokok ini disampaikan untuk
memperingatkan mereka yang mengira bahwa mereka sedang berada di dalam
jalur menuju hidup. Namun tentu saja, pokok ini juga ditujukan kepada
orang yang tidak percaya. Hal ini tidak perlu diragukan lagi. Namun
pokok ini tidak dimaksudkan sebagai alat untuk menakut-nakuti mereka.
Ini hanya sekadar faktanya.
Saat
seorang dokter berkata kepada Anda bahwa Anda akan mati dalam waktu 6
bulan, dia tidak sedang menakut-nakuti Anda. Dia sekadar memberitahu
Anda, "Dari pengujian terhadap semua fakta yang ada, Anda hanya punya 6
bulan." Ini hanya sekadar penyampaian kebenaran.
Saat
Yesus memberitahu kita tentang neraka, dia sekadar memberitahu bahwa
keadilan Allah akan diterapkan ke atas dosa jika Anda tidak bertobat.
Dia tidak sedang menakut-nakuti Anda. Jika Anda tidak merasa takut,
tidak masalah. Dan sebagian besar orang memang tidak takut akan uraian
ini karena mereka bahkan tidak percaya pada keberadaan neraka, jadi apa
yang perlu mereka takutkan? Dengan segara mereka
akan segera tahu kenyataannya. Lihat dulu baru percaya. Sebenarnya, di
dalam ajaran Yesus, dia sudah mengatakan hal ini
kepada kita, "Suatu hari nanti, kamu akan melihatnya. Pada saat itu kamu
akan percaya, akan tetapi itu sudah sangat terlambat." Jadi, poin yang
pertama adalah fakta bahwa Yesus mengarahkan
ucapannya ini terutama, walau tidak secara khusus, kepada para murid.
Ada
serangkaian kata-kata yang dipakai Yesus yang
berkaitan dengan neraka. Kalimat ratapan dan kertakan gigi juga
muncul sebanyak 7 kali, dan kembali lagi, kemunculannya adalah di dalam
Injil, 6 kali di Matius dan satu di Lukas. Apakah
arti ratapan dan kertakan gigi itu? Kalimat ini merupakan
ungkapan keputusasaan yang mendalam, di mana orang menangis sambil
menggertakkan gigi.
Apakah
Anda pernah melihat orang yang akan menghadapi eksekusi? Saya pernah.
Setelah kaum Komunis berkuasa, kami semua melihat orang-orang yang
diangkut untuk dieksekusi dengan tembakan senjata api. Seperti apa
keadaan mereka yang akan dieksekusi itu, saat mereka tahu bahwa dalam 10
menit lagi mereka akan dieksekusi? Orang-orang itu berpelukan di lantai
tempat mereka dikurung. Apa yang mereka perbuat saat itu? Meratap dan
mengertakkan gigi. Ada rasa keputusasaan yang luar biasa. Keputusasaan
yang mendalam akan nasib mengerikan yang sedang mereka alami!
Demikianlah, ungkapan 'ratapan dan kertakan gigi' ini diarahkan sebagai
suatu peringatan di dalam ajaran Yesus kepada murid-murid, dan juga
kepada orang banyak. Namun sekali lagi, ucapan ini tidak ditujukan
secara khusus, bahkan juga tidak secara utama, kepada orang banyak. Ini
adalah suatu pengamatan pokok yang perlu kita lakukan.
'Neraka' seringkali dihubungkan dengan 'api'
Pokok
pengamatan yang kedua adalah bahwa kata 'neraka' seringkali dihubungkan
dengan kata 'api'. Tidak selalu, sering namun tidak selalu, dikaitkan
dengan kata 'api'. Sebagai contoh, rangkaian kata yang kita temukan
adalah neraka yang menyala-nyala di Matius 5:22, contoh lainnya,
di Matius 10:28 dan juga di Matius 18:8-9. Dan rujukan lainnya di Markus
yang merupakan parallel bagi ayat-ayat tersebut. Di Markus 9:43, 47, 48,
Anda akan temukan lagi rujukan-rujukan tentang neraka yang dihubungkan
dengan 'api'. Namun perlu saya sampaikan juga bahwa kadang kala, kata
neraka ini tidak dikaitkan dengan kata 'api'. Dan nanti kita akan lihat
juga makna penting dari kata lain tersebut.
'Destruction/Pembinasaan' terhubung dengan ide
tentang neraka ini
Mari kita
mulai coba untuk memahami pengajaran Yesus
mengenai neraka. Jelaslah bahwa neraka ini merupakan pokok yang sangat
penting bagi Yesus dan dia sangat sering mengulangi pokok ini di dalam
pengajarannya. Dia berusaha untuk memperingatkan kita bahwa kita harus
memilih antara jalur hidup atau mati. Anda hanya memiliki dua jalur
untuk ditempuh. Apakah Anda menempuh jalur menuju hidup? Atau apakah
Anda menempuh jalur menuju maut? Jalan yang besar, jalan yang lebar,
jalan yang mudah berakhir pada kebinasaan atau kehancuran.
Kata
destruction (kebinasaan, kemusnahan atau kehancuran) ini terkait
dengan segenap ide tentang neraka, dan kata destruction ini juga
sangat sering muncul. Sebagai contoh, di Matius 10:28, Yesus berkata
bahwa Allah sanggup destroy (membinasakan, menghancurkan,
memusnahkan) tubuh dan jiwa di neraka. Di sana ada kata destroy.
Neraka itu berhubungan dengan destruction (pemusnahan,
pembinasaan, penghancuran). Camkan dalam-dalam hal ini di dalam benak
Anda jika Anda ingin memahami hakekat dari neraka. Neraka berkenaan
dengan pemusnahan.
Ada
benda-benda tertentu yang harus dimusnahkan
Lalu
mengapa harus ada pemusnahan? Ada beberapa hal yang tidak bisa Anda
tangani selain dimusnahkan. Dan jika Anda tidak memusnahkannya, maka
benda tersebut akan membahayakan Anda. Sebagai contoh, sampah. Sampah
yang tidak ditangani, yakni tidak dibakar, tidak dimusnahkan, akan
menyebarkan penyakit. Saya tidak tahu apakah Anda pernah mendengar
tentang pemogokan petugas sampah. Kejadiannya di Inggris, saya tidak
tahu dengan keadaan di sini. Para petugas sampah mogok kerja dan segera
saja sampah menumpuk di mana-mana - di segala tempat ada timbunan
sampah. Masyarakat di sana menggunakan kantong plastik untuk membungkus
sampah, namun Anda bisa bayangkan bagaimana bibit-bibit penyakit
berkembang biak di dalamnya dan seringkali anjing atau kucing akan
merobek kantong sampah tersebut. Keadaan darurat segera timbul di
Inggris karena sampah yang bertebaran di mana-mana tanpa dimusnahkan,
dan hal ini segera saja menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat.
Malahan, pemerintah harus menyemprotkan antiseptik dan bahan-bahan kimia
lainnya untuk mencegah penyebaran penyakit! Ada beberapa hal yang memang
harus dimusnahkan.
Neraka
adalah 'incinerator (pembakaran)' Allah untuk kejahatan
Dari
sinilah akar kata neraka itu. Kata gehenna yang diterjemahkan
sebagai "hell" (neraka) di dalam bahasa Inggris, berasal dari kata
hinnom, dan menurut banyak kata ini diambil dari nama lembah Hinnom.
Lembah Hinnom adalah tempat pembuangan sampah bagi penduduk kota
Yerusalem. Sampah harus dibakar, dimusnahkan. Jika Anda tidak
memusnahkannya, sebagaimana yang kita ketahui, terutama di wilayah yang
panas seperti di Timur Tengah - di Inggris, masyarakat bisa bertahan
untuk sementara waktu dari ancaman sampah, terutama di musim dingin -
namun di tengah cuaca yang panas, sampah bisa menjadi sangat berbahaya,
karena mengembang-biakkan berbagai macam penyakit. Jadi sampah harus
dimusnahkan. Lembah Hinnom adalah tempat di mana sampah dimusnahkan,
dibakar.
Di zaman
sekarang ini juga ada masalah limbah beracun. Orang-orang bahkan tidak
tahu bagaimana cara memusnahkan limbah nuklir. Mereka tidak tahu
bagaimana cara menyingkirkan limbah nuklir yang sangat beracun dan
benar-benar berbahaya bagi umat manusia. Lalu, apa yang mereka perbuat
dengan itu? Mereka taruh limbah itu di dalam drum dari besi baja dan
menyimpannya di dalam lubang-lubang yang dilapisi dinding beton yang
tebal, karena mereka tidak tahu bagaimana memusnahkan limbah nuklir ini.
Dan secara berangsur-angsur, limbah nuklir yang sangat beracun itu
semakin bertambah banyak, dan kalau salah satu dari semua drum itu
bocor, walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit saja, sudah sangat
mematikan bagi umat manusia. Limbah ini sangat berbahaya dan beracun.
Namun persoalan besarnya, sebagaimana yang Anda ketahui, mereka tidak
tahu bagaimana memusnahkannya. Oleh karenanya, untuk sementara waktu,
satu-satunya hal yang bisa mereka kerjakan, sampai suatu saat nanti
ditemukan cara untuk memusnahkannya, adalah dengan menaruhnya di dalam
drum besi baja dan menyimpannya di dalam lubang berdinding beton tebal,
sambil berharap tidak terjadi sesuatu dengan limbah tersebut. Jika
sebuah bom, gempa atau tsunami menghantam salah satu tempat penyimpanan
tersebut, bahaya dari limbah ini jauh melebihi bahaya dari bom atau
bencana yang lainnya.
Demikianlah, situasi semacam itu memang ada. Ada beberapa hal yang jika
tidak Anda musnahkan maka dia akan memusnahkan Anda. Demikianlah halnya
dengan kejahatan. Allah yang maha adil, tidak bisa membiarkan kejahatan
berkembang bebas. Ia harus dimusnahkan. Namun Anda tahu bahwa kejahatan
ini adalah sesuatu hal yang abstrak. Anda tidak bisa berkata, "Ini
sepotong kejahatan. Apakah Anda melihatnya?" Kejahatan ada pada
masyarakat. Ia tidak berterbangan di udara. Ia
tidak ada di dalam sepotong kayu atau baja. Ia ada di dalam manusia, dan
oleh karenanya, orang yang menjadikan dirinya sebagai penampung
kejahatan, yang menyambut kejahatan di dalam hidupnya, atau membiarkan
kejahatan itu tumbuh di dalam dirinya, tidak ada pilihan lain bagi Allah
selain memusnahkannya. Karena sebagaimana yang Anda ketahui, jika Anda
masukkan sebuah apel busuk ke dalam satu kotak yang berisi apel-apel
segar, maka dalam beberapa hari saja, seluruh isi kotak tersebut akan
membusuk. Jika Allah membiarkan kejahatan, maka kejahatan itu akan
berkembang biak. Ia harus dimusnahkan.
Itulah
sebabnya mengapa harus ada neraka. Neraka adalah 'tempat pembakaran',
bisa kita sebut seperti itu - bukan istilah yang bagus, namun saya tidak
bisa mencari istilah lain yang lebih bagus untuk saat ini - sebuah
'tempat pembakaran' untuk menyingkirkan kejahatan dari alam ciptaanNya.
Neraka itu tempat untuk memusnahkan kejahatan. Tempat untuk membersihkan
semua kejahatan agar segenap alam semesta ini tidak tercemar oleh
kejahatan itu.
Jadi,
jika Anda memilih untuk berpegang pada kejahatan, jika Anda memilih
untuk menjadikan diri Anda sebagai penampung dosa, berarti Anda tidak
memberi Allah pilihan lain. Sekarang ini Allah
sedang memberi Anda waktu - mungkin sampai tahun depan, 2 tahun lagi,
atau mungkin Anda masih punya 10 tahun lagi, kita tidak tahu - untuk
bertobat dari dosa-dosa, untuk membiarkanNya menyingkirkan dosa-dosa itu
dari diri Anda. Jika Anda tidak mengizinkan Allah untuk
menyingkirkannya, Dia tidak bisa memisahkan dosa itu dari Anda karena
hal yang jahat dan yang baik itu adalah masalah pilihan. Jika Anda
memilih yang jahat, berarti Anda memilih kemusnahan.
Jadi Anda
bisa melihat bahwa neraka adalah hal yang dibutuhkan di alam semesta
ini, di mana keadilan harus dipelihara. Harus ada neraka, karena tanpa
neraka maka tidak ada tempat untuk memusnahkan kejahatan. Tak ada jalan
lain untuk memusnahkan kejahatan kecuali dengan melakukan pemurnian atas
kejahatan di muka bumi dengan memakai neraka.
Allah
tidak ingin manusia masuk ke jalan menuju kemusnahan
Izinkan
saya untuk menyampaikan hal ini juga: Allah tidak ingin melihat ada satu
orangpun masuk ke dalam neraka. Dia tidak ingin melihat hal semacam ini.
Jika Anda tidak ingin melihat hal semacam ini, dan saya juga tidak ingin
melihat hal semacam ini, Allah lebih-lebih lagi tidak ingin melihat satu
orang pun masuk ke dalam neraka. Dia memohon, jika mungkin, kepada kita
agar kita tidak menempuh jalan ini, jalan kebinasaan ini. Dan saya juga
memohon kepada Anda untuk tidak menempuh jalan ini. Saya peduli. Namun
Allah bahkan jauh lebih peduli lagi. Allah tidak senang melihat
kematian orang fasik. Dia mengatakan hal itu dengan sangat jelas di
Perjanjian Lama. Dia tidak menikmati kematian orang fasik. Dia tidak
ingin menghukum mati siapapun. Dia tidak ingin memusnahkan siapapun.
Itulah
sebabnya mengapa Petrus berkata di dalam suratnya yang kedua bahwa
kesabaran Allah sedang menanti, Dia sedang menunggu, memberi kita semua
kesempatan untuk bertobat. Dan sang rasul berkata, "Anggaplah kesabaran
Allah itu sebagai keselamatanmu." Dia menahan diriNya sampai dengan
titik maksimum yang dimungkinkan.
Namun
jika sampai dengan titik ini, tetap terbukti bahwa Anda tidak mempunyai
sedikitpun niatan untuk membuat keputusan yang menentukan dalam menolak
dosa, berarti Anda tidak memberiNya pilihan. Tidak ada pilihan. Dia
akan melakukannya dengan sangat sedih, akan tetapi Dia perlu
melakukannya, agar kejahatan bisa disingkirkan.
Jadi saya
mohon agar Anda mengerti. Perhatikan bagian terakhir dari Matius 23:37,
perhatikan betapa Yesus meratapi Yerusalem. Dia meratap, "Betapa sering
aku ingin mengumpulkanmu di bawah sayapku, tetapi kamu tidak mau datang
kepadaku. Kamu tidak mau dikumpulkan di bawah sayapku." Anda pikir Anda
baik-baik saja. Atau mungkin Anda berkeyakinan bahwa neraka itu tidak
ada. Nah, nanti akan Anda buktikan sendiri apakah neraka itu ada atau
tidak ada. Anda akan lihat sendiri apakah Allah itu Allah yang maha adil
atau bukan. Saya mohon kepada Anda, janganlah membuat pembuktian lewat
cara itu. Itulah pesan yang disampaikan oleh Yesus. Jadi, jika Yesus
sering berbicara tentang neraka, ini semua karena kasih, yang memohon
agar kita mengerti bahaya apa yang menanti di depan, agar kita tidak
melangkah di jalan tersebut.
Maksud
dari 'ratapan dan kertakan gigi' adalah:
(1)
Ratapan dan kertakan gigi' merupakan reaksi manusia terhadap hukuman
neraka
Sekarang
mari kita telaah pokok yang lain, yakni pengajaran Yesus mengenai
ratapan dan kertakan gigi. Apakah hubungan antara ratapan serta
kertakan gigi dengan ajaran mengenai neraka? Apa hubungan antara kedua
hal tersebut? Apakah keduanya berbeda atau sama saja?
Kedua
pokok tersebut sama saja, namun disampaikan lewat cara yang berbeda.
Ratapan dan kertakan gigi merupakan reaksi manusia terhadap hukuman
neraka. Keputusasaan yang dia rasakan saat dia menyadari akan cara
hidupnya selama ini, perilaku yang dia selama hidup akhirnya membawa dia
pada akhir yang mengerikan ini. Hal yang tadinya tidak dia percayai
sekarang telah menjadi kenyataan. Ini merupakan semacam pembongkaran
khayalan dalam arah yang berlawanan dengan sebelumnya. Tiba-tiba saja
dia sadar bahwa apa yang dulu hanya dianggap sebagai khayalan - hal-hal
semacam neraka dan keadilan - ternyata adalah kenyataan. Dulu
hal-hal tersebut hanya dianggap sebagai khayalan saja. Sekarang
keadaannya berbalik. Mereka dapati bahwa neraka itu memang ada, bahwa
Allah akan menghapuskan kejahatan dari alam ciptaanNya. Ini adalah
bentuk kekecewaan yang paling mengerikan. Disadarkan dari khayalan saja
sudah merupakan pengalaman yang sangat menyakitkan, akan tetapi
disadarkan dalam arti Anda harus masuk ke dalam pemusnahan, dihukum
menuju kematian yang terakhir. Ini adalah hal yang sangat menakutkan.
Pada saat itulah terjadi 'ratapan dan kertakan gigi'.
Mengapa
saya katakan bahwa semua hal tersebut sama saja? Bahwa ratapan dan
kertakan gigi dengan api neraka atau hukuman neraka
adalah sama saja? Karena Yesus sendiri menyatakannya dengan cukup jelas.
Dia menyatukan pemahaman dari hal-hal tersebut. Sebagai contoh, di
Matius 13:42, kita akan baca mulai dari ayat 41, "Anak Manusia akan
menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala
sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari
dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di
sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi." Di mana Anda akan
meratap dan mengertakkan gigi setelah menolak keselamatan? Di
tengah-tengah api, di dalam dapur api.
Hal yang
sama bisa kita dapatkan di Matius 13:50. Anda akan temukan ungkapan ini
diulangi di sana. Mari kita baca dari ayat 49: "Demikianlah juga pada
akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari
orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di
sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi."
Mari kita
tarik beberapa kesimpulan dari pokok bahasan ini. Yakni bahwa akan ada
suatu masa yang harus dilewati di dalam dapur api ini. Artinya,
pemusnahan itu tidak akan berlangsung dalam sekejap mata, namun akan ada
satu masa di mana para pelaku kejahatan akan menyadari apa yang sedang
terjadi pada dirinya di tengah api itu, dan mereka akan meratap dan
mengertakkan gigi.
(2)
Kaitannya dengan ungkapan 'kegelapan yang paling gelap'
Pokok
lain di dalam hal ini adalah bahwa kadang-kadang ungkapan 'ratapan dan
kertakan gigi' itu dikaitkan dengan ungkapan yang lain lagi, yakni
ungkapan 'kegelapan yang paling gelap'. Apakah arti dari istilah
'kegelapan yang paling gelap' ini? Apakah ini sesuatu yang berbeda dari
neraka? Istilah 'kegelapan yang paling gelap' yang terkait dengan
istilah 'ratapan dan kertakan gigi' juga kita temukan di Matius 8:12.
Kita akan baca dari ayat 11: "Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan
datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham,
Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan
itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah
akan terdapat ratap dan kertak gigi." Sebagaimana yang telah saya
sampaikan, ide neraka ini ditujukan kepada 'anak-anak Kerajaan', kepada
mereka yang mengaku memiliki agama.
Ungkapan
kegelapan yang paling gelap ini juga muncul di Matius 22:13 dan
25:30. Apakah arti dari kegelapan yang paling gelap ini? Jika
kita bandingkan Matius 8:12 dengan Lukas 13:28, maknanya menjadi sangat
jelas. Lukas 13:28 ini terdapat dalam perikop yang parallel dengan yang
di Matius, namun di Lukas ini terdapat sedikit perbedaan pemakaian
kata-kata, yang justru membantu kita untuk memahami makna dari
kegelapan yang paling gelap. Saya akan bacakan dari ayat 27: "Tetapi
Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang,
enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di
sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat
Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah,
tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar."
Ah!
Maknanya menjadi sangat jelas. "Dicampakkan keluar' dari mana? Keluar
dari Kerajaan. Jadi, di luar itu berarti di luar Kerajaan. Kegelapan
yang paling gelap berarti kegelapan di luar Kerajaan Allah. Maknanya
sangat gamblang. Anda lihat, di dalam pengajaran yang alkitabiah, terang
menunjukkan hidup; kegelapan menunjukkan kematian. Itulah sebabnya
mengapa di dalam Yohanes Anda temukan istilah terang hidup,
karena terang mewakili hidup. Oleh karena itu, jika tidak ada terang,
maka tidak ada hidup; yang ada hanya kegelapan, dan kegelapan itu
berarti kematian. Maknanya sangat gamblang. Kegelapan yang paling
gelap adalah kegelapan di luar Kerajaan karena hanya di dalam
Kerajaan ada terang, hanya di dalam Kerajaan saja ada hidup. Sangatlah
penting untuk memahami poin ini. Hanya di dalam Kerajaan Allah saja
tersedia hidup Allah bagi Anda.
Itulah
sebabnya mengapa di dalam Alkitab, dan di dalam ajaran Yesus,
Kerajaan Allah dan hidup itu menjadi ungkapan-ungkapan dengan makna yang
sama. Masuk ke dalam Kerajaan Allah berarti masuk ke dalam hidup. Masuk
ke dalam hidup berarti masuk ke dalam Kerajaan Allah. Makna keduanya
persis sama. Terang adanya di dalam Kerajaan Allah, hidup itu adanya di
dalam Kerajaan Allah. Itulah sebabnya mengapa di dalam kitab Wahyu
disebutkan bahwa di dalam Yerusalem yang baru, seluruh kota dipenuhi
oleh terang, terang Allah - Allah menjadi Terang bagi Yerusalem yang
baru. Terang Allah memenuhi segenap penjuru Yerusalem baru.
Namun di
luar Kerajaan hanya ada kegelapan. Di bagian luar hanya ada kematian.
Oleh karenanya, jika dikatakan bahwa 'anak-anak Kerajaan' dicampakkan ke
dalam kegelapan yang paling gelap, itu berarti bahwa mereka
dipisahkan dari hidup Allah; mereka musnah. Mereka telah memilih untuk
melangkah di jalan besar yang menuju pada kebinasaan.
Dengan
demikian, Anda bisa melihat bahwa ungkapan ratapan dan kertakan
gigi dan dapur api menunjuk kepada hal yang sama dengan gambaran
yang berbeda. Apa yang terjadi pada sesuatu hal yang dimasukkan ke dalam
api? Ia hancur; ia mati; ia mengalami kemusnahan, tidak eksis lagi.
Demikian pula halnya, apa yang terjadi pada kegelapan yang paling gelap?
Kematian - kegelapan maut.
Neraka
adalah tempat pemusnahan, bukan tempat pembakaran selama-lamanya
Uraian
ini, sebagaimana yang sudah saya sampaikan, membawa kita kembali kepada
ungkapan yang berkenaan dengan kemusnahan dan kematian. Saya bacakan isi
Matius 10:28. Di sini, sekali lagi, Yesus berbicara kepada para
muridnya, bukan kepada orang yang tidak percaya: "Dan janganlah kamu
takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak
berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa
membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka."
Kata
membinasakan (destroy) ini sangatlah penting untuk kita pahami.
Apa yang terjadi di neraka? Neraka adalah tempat pemusnahan (destruction).
Kata 'membinasakan' di sini diterjemahkan dari kata Yunani apollumi,
yang merupakan bentuk kata kerjanya, sedang bentuk kata bendanya adalah
apoleia. Kata apollumi dipakai dalam pengertian membunuh,
menghancurkan, terutama dalam hubungan dengan manusia. Jika dikaitkan
dengan benda, maknanya adalah kehilangan. Dalam hal nyawa, mati berarti
kehilangan nyawa. Ini adalah ungkapan yang sudah lazim. "Dia kehilangan
nyawanya" berarti orang tersebut telah mati. Dan memang inilah makna
yang dimaksudkan. Kata apollumi, jika dikaitkan dengan manusia,
misalnya, Matius 2:13, 12:14, 21:41 dan sebagainya, di setiap ayat
rujukan tersebut, makna kata apollumi adalah membunuh atau
mematikan.
"Janganlah takut," kata Yesus, "kepada mereka yang hanya bisa membunuh
tubuh. Takutlah kepada Dia yang oleh kebenaran dan keadilan, jika memang
perlu - bukan karena Dia menghendakinya; Dia tidak ingin melakukannya,
akan tetapi Dia terpaksa melakukannya - Dia dapat membinasakan tubuh dan
jiwa di dalam neraka." Sangatlah penting untuk
memahami makna neraka dengan benar. Neraka adalah tempat pemusnahan.
Penderitaan di neraka datang saat Anda menyadari betapa bodohnya Anda
selama ini
Mengapa
saya menekankan hal ini? Karena jika Anda tidak memahami hal ini dengan
benar, maka Anda akan salah paham mengenai neraka. Kebanyakan orang
mengartikan neraka sebagai tempat di mana Allah menimpakan penderitaan
pada Anda.
Pada
pokoknya, neraka bukanlah khususnya tempat penderitaan; neraka adalah
tempat pemusnahan. Neraka bukanlah tempat di mana Allah menimpakan
penderitaan ke atas diri Anda. Neraka adalah tempat di mana Anda sendiri
yang menimpakan penderitaan ke atas diri Anda, saat Anda menyadari
betapa bodohnya Anda selama ini. Di sana akan ada ratapan dan
kertakan gigi. Allah tidak perlu menimpakan penderitaan ke atas diri
Anda. Penderitaan yang Anda tanggung ketika menyadari bahwa Anda sudah
kehilangan kesempatan itu - Allah telah memberikan Anda hidup, jalan
menuju hidup yang telah Dia buka melalui darah AnakNya; Dia telah
membukakan pintu gerbang Kerajaan bagi Anda, menawarkan hidup kekal bagi
Anda - namun Anda kehilangan itu.
Di neraka
nanti Anda akan berkata, "Sungguh bodoh aku ini. Apa yang sudah
kulakukan pada hidupku? Saat aku masih duduk di gereja mendengarkan
Firman Allah, mendengarkan khotbah. Hidup kekal disajikan di hadapanku,
namun sekarang aku malah masuk neraka, di dalam tempat pemusnahan!"
Allah
tidak ingin menyiksa Anda. Saya beritahu Anda, Dia tidak ingin menyiksa
Anda. Sudah cukup Anda sendiri yang menyiksa diri. Dan penyiksaan diri
ini tentu saja pedihnya jauh melampaui segala bentuk siksaan yang ada.
Jika Anda pernah mengalami penderitaan di dalam batin, Anda akan tahu
seperti apa rasanya. Penderitaan jasmani tidak ada artinya jika
dibandingkan dengan penderitaan batin. Lalu buat apa Dia menyalakan api
untuk menyiksa Anda? Ini jelas tindakan barbar. Dia tidak perlu
melakukan hal itu, saya beritahu Anda, justru Anda sendiri yang menyiksa
batin selama Anda berada di dalam neraka. Inilah makna yang dimaksudkan
oleh ungkapan 'ratapan dan kertakan gigi'.
Di dalam
dapur api itu akan ada ratapan dan kertakan gigi, karena saat itu Anda
tersadar, dan kesadaraan akan kebenaran dan akan betapa bodohnya Anda
karena telah mencampakkan hidup kekal - penyesalan ini tentu saja akan
membuat Anda menderita tanpa akhir. Allah tidak perlu menambahkan
apa-apa. Dia tidak perlu menambahkan api.
Api
adalah lambang penghancuran
Terlebih
lagi, sekarang ini, jika Anda pelajari bahasa sumber naskah Kitab Suci,
Anda akan paham bahwa api itu melambangkan penghancuran. Api bukanlah
lambang penyiksaan. Api adalah lambang pemusnahan. Api memusnahkan
segala sesuatu dengan sangat cepat sehingga Anda bahkan tidak punya
cukup waktu untuk menderita. Tentu saja, akan ada penderitaan ketika api
itu mulai menyentuh Anda. Akan tetapi api membunuh dengan sangat cepat
sehingga tidak akan terlalu banyak penderitaan yang timbul karenanya.
Artinya, Anda akan menderita jika Anda tidak langsung binasa. Jika Anda
langsung binasa, maka begitu api itu membakar Anda, Anda langsung mati.
Itulah sebabnya mengapa kedua ungkapan itu maknanya sejajar, Anda bisa
memakai istilah 'kegelapan yang paling gelap' karena letaknya memang di
luar Kerajaan Allah, dan Anda juga bisa memakai ungkapan 'api' karena
memang di tempat itu terjadi pemusnahan.
Neraka
bukanlah tempat untuk memanggang orang sampai selama-lamanya
Ini
adalah hal yang sangat menentukan hidup kita, dan oleh karena itu, saya
memohon kepada Anda semua untuk memahami hal ini dengan jernih.
Pemahaman yang jernih akan hal ini sangatlah penting bagi kita. Anda
lihat, ada satu doktrin yang menyusup masuk ke dalam gereja, suatu
doktrin yang tidak berasal dari Alkitab: doktrin bahwa manusia yang
masuk neraka akan tetap ada di sana sampai selama-lamanya.
Apa
itu 'Kebinasaan kekal (eternal destruction)'?
Banyak
orang, termasuk hamba Tuhan, yang tampaknya tidak menyadari kontradiksi
logis dari istilah 'kebinasaan kekal (eternal destruction)'. Ini
adalah rangkaian kata yang saling bertentangan. Namun kadang-kadang
orang Kristen bukanlah pemikir yang baik. Anda tentunya tidak bisa
menghancurkan sesuatu secara kekal, karena kedua kata tersebut, yakni
'kekal (eternal)' dan 'pembinasaan (destruction)' memiliki
makna yang bertentangan. Hal yang bersifat kekal tentunya tidak dapat
dibinasakan atau dimusnahkan. Dan hal yang bisa dimusnahkan tentunya
tidak kekal. Sesederhana itulah perkaranya. Dan kadang kala, tanpa
disadari kita berbicara melantur saat kita membahas tentang
kebinasaan kekal.
Istilah
kebinasaan kekal, jika memang memiliki makna, hanya bisa diartikan
sebagai kemusnahan selamanya tanpa bisa kembali lagi. Jika saya membakar
sehelai kertas, bisa dikatakan bahwa saya telah memusnahkan kertas itu
secara kekal. Kertas itu mengalami kemusnahan kekal karena ia tidak bisa
ada lagi. Untuk selama-lamanya, ia tidak akan eksis lagi.
Itulah
yang dimaksudkan oleh Alkitab bahwa jika sudah dimusnahkan, maka ia akan
musnah untuk selamanya. Itulah kebinasaan kekal, di dalam pengertian
bahwa ia tidak akan memiliki keberadaan lagi. Namun, entah bagaimana,
sebagian orang membuat artinya menjadi lain, bahwa Anda akan terus
menerus dipanggang sampai selama-lamanya, seolah-olah Anda dimusnahkan
akan tetapi tidak pernah musnah. Dan hal ini secara logika jelas sangat
bertolak belakang. Anda akan dimusnahkan sampai keberadan Anda
benar-benar hilang lenyap, atau Anda tidak dimusnahkan dan oleh
karenanya Anda akan ada sampai selama-lamanya! Anda tidak bisa
menyebutnya kehancuran kekal. Ini sama seperti berkata, "hitam yang
putih," atau, "Putih yang hitam." Kalau sudah begitu, lalu apa
sebenarnya yang kita maksudkan? Hitam tidak bisa dikatakan putih dan
putih tidak bisa dikatakan hitam dalam waktu bersamaan, di tempat yang
sama pula.
Itulah
sebabnya mengapa saya selalu menekankan kata 'destroy
(pemusnahan)' ini. Jika Anda ingin memahaminya dengan cermat, Anda harus
mengerti bahwa neraka berkaitan dengan kemusnahan, bukan dengan
penderitaan. Allah memasukkan Anda ke dalam neraka bukan supaya Anda
duduk di sana menderita dalam kekekalan sampai selama-lamanya. Jika Anda
berbuat dosa selama 100 tahun, lalu Anda menanggung penderitaan sampai
bermilyar-milyar tahun. Ini bukanlah keadilan, dan saya setuju bahwa ini
bukanlah keadilan. Bagaimana mungkin hal ini disebut sebagai keadilan?
Jika Anda berbuat dosa selama 100 tahun dan Anda harus menanggung
penderitaan itu sampai 100 tahun, orang masih boleh berkata, "baiklah,
hal ini bisa diterima." Atau jika Anda berbuat dosa sampai 20 tahun,
lalu Anda harus menanggung penderitaan itu sampai 20 tahun. Baiklah, hal
ini juga bisa dimaklumi. Bisa jadi, seperti inilah keadilannya. Namun
menyatakan bahwa seseorang yang berbuat dosa 100 tahun, atau mungkin
hanya 5 tahun, lalu dia harus menanggung penderitaan sampai milyaran
tahun, tentunya ini bukanlah keadilan, dan ini juga tidak alkitabiah
karena Anda mengartikan bahwa neraka adalah tempat penderitaan. Pada
pokoknya, neraka bukanlah pada utamanya tempat penderitaan; neraka
adalah tempat pemusnahan.
Itulah
sebabnya mengapa Yesus berkata di Matius 7:13-14, "Masuklah melalui
pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang
menuju kepada kebinasaan, ..." di sini, kata 'kebinasaan'
bermakna neraka. Neraka dan kebinasaan, perhatikan, yang ada di sana
bukan kata penderitaan. Kebinasaan adalah lawan dari hidup, itulah
sebabnya mengapa di ayat berikutnya dituliskan: "Karena sesaklah
pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan
sedikit orang yang mendapatinya."
Saya mohon agar Anda mengerti. Yesus sedang memberitahu kita, "Ada dua
jalan di hadapanmu. Yang satu menuju ke neraka, pada kebinasaan, yang
satunya lagi menuju pada hidup. Pilihlah yang menuju hidup." Jalan yang
besar, yang dilalui oleh sebagian besar orang, kadang karena
ketidaktahuan atau kecerobohan. Namun Anda tidak boleh ceroboh akan
masalah ini. Apakah Anda ingin menghabiskan waktu di tempat ratapan dan
kertakan gigi? Dimusnahkan sampai selama-lamanya? Inilah pokok yang
sedang menjadi persoalan di sini, saya harap Anda memahaminya, pahamilah
hal ini dengan jelas!
Oleh
sebab itu, mari kita masuk kembali ke pokok neraka ini untuk bisa
memahami apa makna neraka dengan jelas. Izinkan saya ulangi sekali lagi
karena masih banyak dari antara Anda yang masih berpandangan bahwa
neraka adalah tempat bagi Allah untuk membakar orang-orang sampai
selama-lamanya. Bukan begitu yang benar. Pandangan itu bukan ajaran yang
alkitabiah. Saya tidak melihat di bagian manapun di dalam Kitab Suci
akan adanya pandangan semacam itu. Saya telah melakukan penelusuran
dalam Kitab Suci dan tidak saya temukan ajaran yang semacam itu.
Neraka
akan selalu ada karena Allah akan selalu memerlukan suatu tempat untuk
memusnahkan kejahatan
Memang
benar bahwa di dalam Alkitab ada ungkapan yang berbunyi, "api neraka
yang kekal". Ya, neraka memang akan selalu ada karena Allah akan selalu
memerlukan adanya tempat untuk memusnahkan kejahatan. Neraka adalah
tempat yang kekal karena keadilan Allah itu kekal. Jika keadilan Allah
itu kekal, maka neraka juga mestinya kekal, sama seperti hidup yang juga
adalah kekal. Namun hal ini bukan berarti bahwa penderitaan di sana itu
kekal, bahwa Allah menempatkan Anda untuk menderita selama-lamanya.
Ketika
Yesus berkata bahwa Allah bisa membinasakan tubuh dan jiwa, kata
'membinasakan (destroy)' itu memberi makna apa? Jika tubuh Anda
dibinasakan maka itu berarti Anda dimatikan. Jika jiwa Anda dibinasakan,
maka itu berarti jiwa Anda dimatikan. Pengajaran
yang alkitabiah akan hal ini sudah tertulis dengan sangat gamblang,
karena memang disebutkan secara demikian.
'Lautan api' membawa kematian terakhir, bukannya penderitaan
Di dalam
kitab Wahyu, Yohanes tidak memakai kata neraka, akan tetapi dia memakai
ungkapan, 'lautan api'. Dia menggunakan ungkapan ini sebanyak 5 kali di
dalam kitab Wahyu. Mari kita lihat satu atau dua dari rujukan-rujukan
tersebut, yang muncul di halaman-halaman akhir dari kitab terakhir di
dalam Alkitab ini.
Wahyu
19:20 - Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia
nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan
dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari
binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan
hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.
Mereka
dicampakkan hidup-hidup ke sana.
Apakah
arti dari lautan api ini? Kita tidak dibiarkan berada dalam kebingungan.
Mari kita lihat Wahyu 21:8. Apakah hal yang diwakili oleh istilah lautan
api ini? Apakah hal yang dilambangkan olehnya? - Tetapi orang-orang
penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang
pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah
berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam
lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang
kedua. Anda lihat, hal itulah yang dilambangkannya. Lawan dari
hidup. Kematian dan penderitaan bukanlah hal yang sama. Jika Anda
menderita maka Anda tidak mati. Jika Anda mati, maka Anda tidak lagi
menderita. Anda tidak bisa membuat kedua hal itu memiliki makna yang
sama. Hal ini sangat penting untuk dipahami. Gehenna, lautan api
adalah tempat bagi kematian kedua.
Apakah
arti dari kematian kedua? Kematian yang kedua adalah kematian yang
final. Kematian yang pertama adalah kematian tubuh. Kematian yang kedua
adalah kematian jiwa. Itulah yang disebut dengan kematian kedua. Itulah
tepatnya hal yang disebutkan oleh Yesus di Matius 10:28: Dia yang
sanggup membinasakan tubuh dan jiwa di dalam neraka. Inilah yang disebut
kemusnahan. Musnah berarti tidak memiliki keberadaan lagi. Kematian
bukan berarti memiliki kehidupan dalam bentuk yang lain. Kematian
berarti berhenti memiliki hidup; akhir dari hidup. Dan ketika Anda mati,
Anda tidak lagi menderita, Anda berhenti menderita. Anda menderita
sebelum mati, namun bukan setelah mati.
Itulah
sebabnya mengapa saya katakan bahwa pandangan ini, yang kadang -kadang
dipakai oleh ibu-ibu untuk menakut-nakuti anak-anak mereka, dan kadang
juga dipakai oleh para hamba Tuhan yang mengatakan bahwa Anda akan
dipanggang di api neraka untuk selama-lamanya, memberi orang-orang
pandangan tentang Allah macam apakah ini? Ada orang yang berbuat dosa
selama beberapa tahun, benar, akan tetapi dia akan dipanggang di dalam
neraka untuk sekian milyaran tahun? Salah sama sekali. Pemusnahan yang
berlangsung di dalam neraka berimbang dengan dosa yang diperbuat oleh
orang yang bersangkutan. Itulah keadilan. Akan tetapi neraka adalah
tempat kematian yang kedua. Anda mati.
Poin-poin yang tidak mudah untuk dipahami:
(1)
Kematian rohani adalah konsekuensi dari keterpisahan dari Allah.
'Kematian kedua' berarti musnahnya jiwa
Ada orang
yang berkata kepada saya, "Namun kematian itu sekadar keterpisahan dari
Allah." Saya beritahu Anda, tidak ada dasar alkitabiah bagi pernyataan
semacam itu. Dan oleh karenanya, dengan berbekal pandangan semacam ini,
orang bisa berkata, "Seseorang bisa saja menderita selama-lamanya dan
dianggap sudah mati." Pernyataan ini jelas omong kosong. Dengan terus
terang saya katakan, pernyataan ini omong kosong saja. Kematian adalah
akibat dari keterpisahan dengan Allah. Tidak bisa disamakan dengan
keterpisahan itu sendiri. Kematian tidak sama dengan keterpisahan dari
Allah. Kematian adalah akibat dari keterpisahan dari Allah.
Jika saya
mencabut kabel ini, maka padamlah lampunya. Ketika Anda terpisah dari
Allah, Anda berhenti memiliki hidup; Anda berhenti bertahan hidup. Itu
sebabnya mengapa Yersus berkata, "Akulah roti hidup. Barangsiapa
memakanku, ia akan hidup olehku." Anda akan hidup. Komuni juga
dilambangkan dengan hal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa hidup kita
bergantung pada Yesus. Kita makan darinya, kita diberi makan olehnya.
Hal ini memberi bukti bahwa hidup kita bergantung kepadanya. Jika kita
tidak makan darinya, kita pasti akan mati. Hal ini bukan berarti bahwa
Anda akan mati pada hari ini, juga bukan berarti bahwa Anda akan mati
besok, melainkan bahwa Anda pasti akan mati. Anda akan semakin meredup,
Anda akan kelaparan sampai akhirnya mati. Pemisahan diri dari Kristus
berakibat pada kematian. Namun tidak sama persis dengan kematian itu
sendiri. Kelaparan bisa berujung pada kematian. Namun kematian itu
sendiri tidak sama dengan kelaparan. Bahkan tidak bisa disamakan juga
dengan wabah kelaparan. Seseorang bisa saja menanggung lapar untuk
beberapa waktu, seperti di dalam kamp konsentrasi misalnya, namun tetap
bertahan hidup. Kelaparan itu akan berujung pada kematian jika
dilanjutkan. Namun kelaparan itu tidak bisa disamakan dengan kematian.
Kadang
kala, orang Kristen pandai membuat bingung diri mereka sendiri. Mereka
menciptakan istilah, dan sia-sia saja usaha saya mencari artinya di
dalam Kitab Suci. Saya tidak tahu dari mana datangnya makna istilah
tersebut. Mati berarti berakhirnya hidup. Berakhirnya aktifitas.
Berakhirnya keberadaan. Kematian tubuh berarti tubuh ini berhenti
memiliki keberadaan; berhenti berfungsi; tidak ada lagi. Dan setelah
beberapa waktu, ia disintegrasi. Hal yang sama terjadi juga pada jiwa.
Inilah ajaran yang alkitabiah, dan saya berusaha untuk menyajikannya
semudah dan sesingkat mungkin.
(2)
Api adalah perlambang rohani bagi kemusnahan, memusnahkan maut, kerajaan
maut, antikris dan semua pribadi jahat lainnya
Saat kita
berbicara tentang api di sini, yang kita bicarakan bukanlah api secara
harfiah; kita berbicara tentang terminologi rohani dari makna penting
api ini. Dan ini juga merupakan poin yang agak sulit untuk dipahami. Di
dalam Wahyu 20:14, kita diberitahu bahwa maut dan kerajaan maut itu
dilemparkanlah ke dalam lautan api. Nah, maut dan kerajaan maut
bukanlah benda yang dapat dibakar dengan api. Api sekadar mewakili
pemusnahan maut dan kerajaan maut. Api tidak bisa melukai maut; api
tidak bisa melukai kerajaan maut. Maut dan kerajaan maut adalah hal-hal
yang rohani. Api sekadar perlambang rohani dari pemusnahan, pemurnian,
penyingkiran maut dan kerajaan maut, penyingkiran akan sang binatang dan
orang-orang jahat lainnya; binatang di sini tentunya adalah si
antikristus. Mereka semua akan disingkirkan, akan dimusnahkan.
Mari kita tutup pembahasan hari ini. Mari kita renungkan dengan cermat
pengajaran dari Yesus. Mari kita sadari dengan jelas di dalam hati dan
pikiran kita, saya tidak tahu sudah seberapa sering hal ini saya ulangi,
bahwa Allah tidak berkenan pada kebinasaan orang fasik, Dia harus
melakukannya karena Dia adalah Allah yang maha adil. Janganlah
menempatkan Dia dalam posisi di mana Dia harus memusnahkan Anda karena
Anda menolak untuk bertobat dari dosa Anda dan menolak untuk menerima
hidupNya. Pahamilah bahwa Dia sangat sedih jika sampai harus melakukan
pembinasaan ini. Sama seperti ketika Dia meratapi Yerusalem, Dia juga
meratapi setiap orang berdosa yang harus dibinasakan. Namun, walaupun
Dia meratapi Yerusalem, Dia tetap harus membiarkan Yerusalem
dihancurkan. Sekalipun Dia meratapi kebinasaan kita, Dia tetap harus
membiarkan kita dibinasakan jika kita bertaut pada kejahatan. Pilihlah
hidup!
SELESAI
0 komentar :
Posting Komentar